https://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/issue/feedJurnal Teologi Injili2025-12-10T18:30:45+07:00Hari Wahyudi, M.Thhariwahyudi@sttati.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Jurnal Teologi Injili</strong> adalah jurnal ilmiah bidang teologi injili yang diterbitkan oleh <strong>Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak</strong>. Menerima naskah dari para peneliti teologi injili, dosen, mahasiswa, dan praktisi yang akan memperkaya keilmuan teologi injili. Jurnal ini menerima naskah-naskah dengan scope <strong>Teologi: </strong>Teologi Sistematika; <strong>Penelitian Biblikal:</strong> Tafsir Perjanjian Lama, Tafsir Perjanjian Baru, Pengembangan Metode Tafsir, Teologi Perjanjian Lama, Teologi Perjanjian Baru; <strong>Misi dan Pertumbuhan Gereja</strong>: Teologi Penginjilan, Strategi Penginjilan, Misiologi, Pelayanan Lintas Budaya, Pertumbuhan Gereja, Misi Kontekstual, Pembinaan Warga Gereja, Sejarah Gereja; <strong>Pastoral: </strong>Teologi Pastoral, Pastoral Konseling; <strong>Kepemimpinan</strong>: Teologi Kepemimpinan, Etika Kristen atau Gereja, Manajemen Gereja; <strong>Pendidikan Agama Kristen : </strong>Pendidikan Kristiani dalam Keluarga, Sekolah, Gereja dan Masyarakat, Teologi PAK, Strategi Pembelajaran. </p> <p>Jurnal Teologi Injili diterbitkan dua kali dalam 1 tahun <strong>(Juni dan Desember).</strong> Naskah akan masuk dan akan direview oleh editor, jika lolos review awal maka selanjutnya naskah akan direview oleh para reviewer yang kompeten sesuai bidang ilmu. Semua naskah yang diterbitkan adalah naskah yang telah melalui proses peer review.</p> <p>E-ISSN: <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2798-303X">2798-303X</a></p>https://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/article/view/188Sakramen Perjamuan Kudus sebagai Tanda Perjanjian dan Antisipasi Eskatologis Pesta Kawin Anak Domba2025-09-20T09:10:46+07:00Jeconiah Lunardijeconiahlunardi@gmail.comEdi Sugiantoedi.sugianto@sttia.ac.id<p>Gereja adalah Mempelai Kristus yang yang relasinya digambarkan dalam metafora pernikahan dan disimbolkan melalui sakramen Perjamuan Kudus. Gereja adalah mempelai wanita Kristus, terikat dalam perjanjian ilahi yang berakar dari Perjanjian Lama. Namun dalam praktiknya belum sepenuhnya dipahami maknanya oleh umat Allah. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana Sakramen Perjamuan Kudus menunjukkan cicipan Pesta Kawin Anak Domba yang akan datang dan mengingatkan umat akan janji kedatangan Kristus kembali. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan interpretatif dan riset kepustakaan. Tulisan ini menghasilkan temuan: Pengajaran Mempelai menekankan hubungan eskatologis antara Kristus dan Gereja sebagai mempelai; Sakramen Perjamuan Kudus berfungsi sebagai tanda perjanjian yang kelihatan, tindakan simbolis dan bentuk kehadiran Kristus; sintesa dua teori ini menghasilkan temuan bahwa sakramen Perjamuan Kudus merupakan antisipasi dari Pesta Kawin Anak Domba di akhir zaman. Sehingga orang percaya sebagai mempelai wanita Kristus lebih menghayati ketika mempraktikkan Perjamuan Tuhan yaitu memperingati Karya Kristus serta memberitakan-Nya dalam perkataan dan perbuatan hingga kedatangan-Nya yang kedua kali.</p>2025-12-08T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Jurnal Teologi Injilihttps://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/article/view/246Komunikasi Digital yang Beretika di Tengah Polarisasi Politik di Indonesia: Kajian Etika Kristen2025-09-20T09:09:02+07:00Obet Negoobetnego@stte.ac.id<p>Polarisasi politik di Indonesia semakin menguat seiring dengan peran media sosial sebagai ruang utama ekspresi politik dan pertukaran wacana publik. Fenomena ini memperlihatkan dominasi retorika emosional, provokatif, dan konfrontatif yang diperkuat oleh algoritma digital, sehingga mengikis kepercayaan publik, menghambat dialog konstruktif, dan melemahkan kohesi sosial. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis penerapan prinsip-prinsip etika Kristen kasih, kejujuran, keadilan, dan integritas dalam komunikasi digital di tengah polarisasi politik Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan, melalui analisis tematik yang meliputi identifikasi konsep polarisasi politik digital, interpretasi teologis atas prinsip etika Kristen, dan sintesis kritis antara kajian komunikasi politik, algoritma media sosial, serta teologi praktis. Hasil kajian menunjukkan bahwa minimnya penerapan etika Kristen dalam wacana digital mengakibatkan krisis kesaksian iman dan memperparah retorika konflik. Artikel ini menegaskan urgensi panduan etis berbasis nilai Kristiani yang tidak hanya membatasi ujaran kebencian dan hoaks, tetapi juga membentuk habitus kebajikan komunikatif seperti kejujuran, kerendahan hati, dan belas kasih. Kontribusi penelitian ini terletak pada upaya membangun kerangka etika komunikasi digital yang kontekstual bagi komunitas Kristen Indonesia dalam menghadapi tantangan polarisasi politik.</p>2025-12-08T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Jurnal Teologi Injilihttps://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/article/view/191Kehadiran Ketidakadilan di Lembaga Peradilan: Refleksi Teologis dan Hukum atas Ketidakadilan Sistemik Berdasarkan Pengkhotbah 3:162025-10-30T19:16:17+07:00Edi Purwantoedi.purwanto@upj.ac.id<p>Ketidakadilan dalam lembaga peradilan merupakan realitas yang telah disadari sejak zaman kuno, sebagaimana tercermin dalam Pengkhotbah 3:16. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur kualitatif dengan analisis reflektif interdisipliner yang mengintegrasikan sumber-sumber teologi, teori sistem hukum, filsafat hukum, dan literatur hukum Indonesia kontemporer. Melalui pendekatan ini, penelitian mengidentifikasi akar ketidakadilan tidak hanya pada perilaku individu, tetapi juga pada kelemahan dalam struktur, substansi, dan budaya hukum. Selain itu, studi ini menawarkan kerangka konseptual reformasi hukum yang lebih holistik dan berbasis moral, yang menempatkan nilai-nilai etis transendental sebagai fondasi bagi transformasi sistem hukum. Kerangka ini mencakup tiga pilar: (1) pemurnian struktur hukum melalui integritas kelembagaan; (2) penyelarasan substansi hukum dengan prinsip keadilan substantif; dan (3) pembaruan budaya hukum melalui internalisasi moralitas publik dan etos profesionalisme. Temuan penelitian menegaskan bahwa pemulihan keadilan menuntut reformasi yang tidak hanya bersifat institusional, tetapi juga menyentuh dimensi moral dan spiritual yang menopang keberlangsungan sistem hukum.</p>2025-12-10T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Jurnal Teologi Injilihttps://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/article/view/226Perempuan dan Naga: Tipologi Gereja dalam Pertarungan Kosmis di Wahyu 12:1–172025-09-22T07:46:57+07:00Ferdinan Samuel Manafepeaceferdy@gmail.com<p>Wahyu 12:1–17 cukup rumit dan penuh makna simbolik, yang menggambarkan pertarungan antara kekuatan Allah dan kekuatan kejahatan. Figur perempuan, anak laki-laki, dan naga sering diartikan sebagai representasi dari Israel, Maria, gereja, atau kejadian sejarah tertentu. Meskipun demikian, penelitian menginterpretasikan simbol perempuan sebagai bentuk gereja dalam konteks narasi dan struktur kitab masih belum begitu banyak. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis simbol perempuan dalam Wahyu 12:1–17 sebagai representasi gereja universal yang terlibat secara aktif dalam penebusan. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika teologis dengan pendekatan naratif-kanonikal, yaitu membaca teks Wahyu dalam konteks keseluruhan kitab suci. Analisis dilakukan dengan cara membaca kembali literatur, memahami alur cerita dan dinamika tokoh, serta membandingkan teks-teks penting seperti Kejadian 3:15, Yesaya 66, dan Galatia 4:26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dalam Wahyu 12 mewakili umat pilihan Allah, mulai dari bangsa Israel, puncaknya dalam kelahiran Mesias, dan terus berlanjut dalam gereja. Gereja digambarkan sebagai umat yang mengalami penderitaan yang dilakukan oleh kekuatan jahat, namun tetap dijaga dan dilindungi oleh Allah. Kemenangan gereja tidak diraih melalui kekuatan politik atau militer, melainkan melalui kesetiaan, kesaksian, dan partisipasi dalam penderitaan Kristus. Kesimpulannya, simbol perempuan dalam Wahyu 12 memberikan kontribusi penting bagi pengembangan pemahaman tentang gereja dan spiritualitas saat ini, khususnya dalam konteks penderitaan, penganiayaan, dan harapan akhir zaman.</p>2025-12-20T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Jurnal Teologi Injilihttps://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/article/view/238Eksplorasi Teologis Tentang Spiritualitas Pagi Hari Dalam Kitab Mazmur dan Implikasinya bagi Pembentukan Karakter Mahasiswa STT Ebenhaezer Tanjung Enim2025-09-12T10:08:13+07:00Jeane Paathpaathjeane@gmail.comEster Cecilia Simamoraemailpenulis2@gmail.com<p>Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan pembentukan karakter mahasiswa teologi yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga kedewasaan spiritual melalui ritme hidup rohani yang sehat. Masalah yang terjadi dikalangan mahasiswa adalah lemahnya konsistensi disiplin rohani, oleh karena kurangnya pola pembinaan yang terstruktur, serta lemahnya kesadaran akan pentingnya pertumbuhan spiritual. Hal ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan Solusi yang tepat untu mengatasinya. Dalam kaitan itu, penelitian ini menawarkan spiritualitas pagi hari dalam Kitab Mazmur sebagai pola pembentukan karakter rohani mahasiswa yang dipandang efektif. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi makna teologis spiritualitas pagi hari dalam Mazmur serta menganalisis implikasinya terhadap pembentukan karakter mahasiswa STT Ebenhaezer Tanjung Enim. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif-teologis melalui studi kepustakaan dan analisis hermeneutik biblika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas pagi hari menumbuhkan karakter inti seperti kerendahan hati, disiplin rohani, integritas, dan ketekunan melalui ritme doa, meditasi, dan kesadaran akan kasih setia Allah yang diperbarui setiap hari.</p>2025-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Jurnal Teologi Injilihttps://jurnal.sttati.ac.id/index.php/jti/article/view/309Model Resiliensi Pemuda dalam Narasi Daud: Suatu Kajian Relevansi Kontemporer 2025-12-10T18:30:45+07:00Charisma Gianno Daviny Manafegiannomanafe@gmail.com<p>Resiliensi merupakan kemampuan penting yang perlu dimiliki pemuda dalam menghadapi tekanan akademik, sosial, maupun emosional yang semakin kompleks di era modern. Namun, kajian mengenai resiliensi sering kali hanya bertumpu pada perspektif psikologi kontemporer tanpa memanfaatkan kekayaan naratif dari tokoh Alkitab yang relevan bagi pembentukan karakter. Penelitian ini bertujuan menyusun suatu model resiliensi pemuda dengan mengaitkan pengalaman Daud muda sebagai figur yang bergumul dengan penolakan, ancaman, dan ekspektasi besar dengan konsep resiliensi kontemporer. Penelitian menggunakan metode kualitatif melalui studi kepustakaan, mencakup analisis literatur akademik serta pembacaan naratif terhadap perjalanan hidup Daud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons Daud, seperti keberanian mengambil risiko, kejujuran dalam mengungkapkan pergumulan batin, serta ketergantungannya pada Tuhan, selaras dengan komponen utama resiliensi, yaitu kekuatan personal, dukungan relasional, dan fondasi spiritual. Berdasarkan temuan tersebut dirumuskan kerangka resiliensi pemuda yang menekankan pengembangan karakter, relasi suportif, dan pembinaan iman sebagai unsur penting dalam membangun ketahanan diri.</p>2025-12-24T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 Jurnal Teologi Injili